Dibilang jual harga tiket pesawat kemahalan, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengklaim tak menaikan secara signifikan harga tiket Garuda Indonesia sejak lima tahun terakhir.
Operasional Naik
Tetapi selama tak menaikan harga tiket tersebut, malah kenaikan bahan bakar pesawat atau avtur telah sebagian kali naik.
Belum lagi adanya kebijakan kenaikan bandara tax yang naik hingga 100 persen, serta kenaikan gaji spaceman penerbang, awak kabin, para pegawai, direksi yang bertambah sekarang menjadi 6 orang, dan hal sebagainya.
“Semuanya naik, serba naik, gimana kita bisa untung? Seluruh Cost naik. Sementara handphone aku ini bolak balik, pak aku meminta tiket, aku kehabisan tiket, jadi ini yang ngeluh tiket mahal ya enggak nyambung ini,” ujar Irfan.
Sebanding dengan Pelayanan
Walaupun dievaluasi lebih mahal, Dirut Garuda memutuskan, apa yang dibayar kostumernya sebanding dengan pelayanan yang diberikan. Penerbang kenyamanan selama penerbangan, makanan yang sedap, penerbangan on time tak delay, dan lain sebagainya.
“Makanan sedap, ada nasi gulai. Walaupun gue enggak tidur. Bayar mahal itu salah satunya untuk membayar biar penerbang enggak tidur,”tegasnya.
Walaupun begitu, Irfan mengaku, dirinya bukan lah pimpinan yang budeg dan keras kepala tak memikirikan aspirasi dari masyarakat yang mempersembahkan kalau harga tiket Garuda Indonesia kemahalan.
Minggu, ada opsi lain bisa terbang dengan Garuda Indonesia dengan harga yang relatif murah. Penerbang, pesan tiket dari jauh-jauh hari untuk bepergian atau bertamasya.
“Pesan tiket dari dua atau tiga bulan, ke Bali umpamanya. Atau berangkat di hari , pulang di hari Kamis, itu diskonnya bisa hingga 40 persen,”kata Irfan.